Terapis Pernikahan dan Keluarga (Marriage & Family Therapist) adalah seorang profesional yang berfokus dalam membantu individu, pasangan, dan keluarga mengatasi berbagai macam masalah dan konflik yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Terapis ini memiliki pelatihan khusus dalam terapi sistemik dan memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika interpersonal, komunikasi, dan struktur keluarga. Mereka bekerja dengan klien untuk mengidentifikasi pola perilaku yang tidak sehat dan mengembangkan strategi untuk memperbaikinya, sehingga meningkatkan kualitas hubungan antara anggota keluarga atau pasangan. Terapis Pernikahan dan Keluarga umumnya memiliki lisensi profesional dan bekerja di berbagai setting, seperti praktek pribadi, klinik, rumah sakit, dan pusat konseling komunitas.
Perguruan pascasarjana dan gelar S2 biasanya dibutuhkan, bahkan hingga gelar S3.
Pengalaman kerja yang sangat banyak dibutuhkan. Persyaratan dapat melebihi 5 tahun pengalaman di bidang yang terkait.
Pelatihan kerja lapangan dapat dilaksanakan, namun biasanya kandidat adalah ahli yang sudah mempunyai keterampilan, pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan sebelumnya.
Pendidikan:
Pengalaman Kerja:
Pengembangan Karir:
Tempat kerja untuk profesi Terapis Pernikahan & Keluarga biasanya berada di lingkungan klinik, rumah sakit, atau praktik pribadi. Ada juga yang memilih untuk bekerja di lembaga pelayanan sosial, pusat konseling, atau organisasi nirlaba yang menyediakan layanan kesehatan mental. Di tempat-tempat ini, terapis melakukan konseling dan terapi untuk membantu pasangan dan keluarga menangani berbagai masalah emosional dan interpersonal.
Untuk waktu kerja, terapis pernikahan dan keluarga biasanya bekerja selama jam kerja biasa, yaitu dari pagi hingga sore. Namun, karena mereka perlu menyesuaikan jadwal dengan kebutuhan klien, beberapa terapis mungkin juga perlu bekerja di malam hari atau akhir pekan. Bekerja secara paruh waktu juga umum di profesi ini, terutama bagi mereka yang baru memulai praktek pribadi mereka. Meski demikian, jam kerja yang fleksibel ini harus seimbang dengan kebutuhan untuk menjaga kesejahteraan diri sendiri, mengingat pekerjaan ini dapat menimbulkan stres emosional.